Jumat, 09 Maret 2012

Lima Bersaudara


 Lamongan in memoriam-Sebuah keluarga bahagia adalah keinginan hampir semua orang .Apalagi sebuah keluarga yang terdiri lengkap atas ayah,ibu,anak atau adik yang imut, lucu,ganteng ,dan cantik adalah yang sering didambakan. Karena untuk saya,adik dapat dijadikan teman bermain di rumah.Mempunyai dua orang adik yang terdiri dari laki-laki kelas enam SD dan adik perempuan sekolah TK,saya rasa sudah cukup menyenangkan dan sudah mendatangkan kebahagiaan. Karena keduanya, hari-hari saya di rumah begitu menyenangkan. Meski tak bisa saya pungkiri, pertengkaran perebutan kekuasaan untuk menjadi anak kesayangan ayah dan ibu juga sering terjadi.  Pada saat itu saya duduk dibangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) semester akhir . Setiap malam kami sekeluarga berkumpul untuk menceritakan semua aktivitas tadi siang.
Hari-hari dirumah begitu menyenangkan. Namun kesenangan itu tiba-tiba musnah .Karena sejak bulan Desember 2006  ibu tidak pernah ikut bersenda gurau bersama kami lagi. Beberapa hari ini, ibu saya jadi sering sakit-sakitan.Entah sakit apa itu namanya,ibu hanya bilang jika perutnya sakit seperti tertusuk-tusuk. Berulang kali sudah ,keluarga mendatangkan beberapa orang pintar (Dukun, Kiyai) ke Rumah .Namun penyakit ibu nampaknya tidak ada pasang surutnya alias tidak ada perubahan .Ibu dan keluarga akhirnya pasrah. Sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk ibu. Ibu hanya bisa tidur dikamar,dan tetap tidak ingin dirawat di Rumah sakit. Fobia dokter dan jarum suntik. Akhirnya saya dan ayah saya lah yang mengerjakan semua pekerjaan di rumah sambil merawat ibu. Tiga bulan pun berlalu. Kondisi ibu semakin lama semakin melemah, Namun fisiknya semakin gemuk. Mencurigakan..
Setelah saya Ujian Nasional tanggal 29 Maret 2007,akhirnya ibu memutuskan untuk menginap (opname) di Rumah Sakit. Ternyata,selain fobia tadi,ibu juga kasihan jika harus meninggalkan saya yang akan menghadapi Ujian Nasional .Pagi berangkat kerumah sakit, siang hari saya mendapat kabar dari seorang kerabat saya yang menjenguk ibu,yang mengatakan bahwa ibu saya tidak sedang sakit ,tapi sedang hamil dan beberapa  beberapa hari lagi akan segera melahirkan. Mendengar kabar itu, saya langsung shock . Mengapa saya shock? Ya…saya shock karena saya berrfikir, kalau saya sudah kelas tiga SMP dan mempunyai dua adik. Saya tidak ingin mempunyai adik di usia saya sekarang ini. Saya malu dengan teman-teman saya. Apa kata mereka nanti jika mengetahui ketika saya SMA nanti, saya masih mempunyai adik bayi? Apalagi dengan jumlah yang sangat melebihi normal. Tambah satu jadi tiga.. ya tiga! Tiga orang adik..di kelas satu SMA. Selain itu, pastinya nanti saya akan disingkirkan dari peradaban kasih sayang ayah dan Ibu..

Sudah beberapa hari ibu berada di Rumah Sakit. Namun, saya belum menjenguk ibu sama sekali. Ibu sering menanyakan dimana dan keadaan saya kepada setiap orang yang menjenguk ibu. Namun, satu jawaban yang konsisten selalu saya lontarkan ,” gugurno sek,baru aku gelem nyambangi ibuk!”. Sebuah jawaban aneh dan menjengkelkan kan? Dan pastinya, orang tua dan semua orang tidak mempedulikan saya. Selain itu saya mempunyai pilihan lain kepada orang tua saya “atau kekno wong ae bayine”. Intinya…saya tidak ingin punya adik lagi. Bagaimanapun caranya.TETAP…saya hanya di anggap sebagai orang gila…tidak pernah mendapatkan respon apapun. 
 
Tepat tanggal 10 Mei 2007,sebuah kelahiran yang sama sekali tidak saya inginkan itu pun terjadi. Namun yang beda disini, sebuah kelahiran itu ternyata menambah dua orang anggota keluarga saya. Yahhh…ibu saya melahirkan dua orang anak kembar berjenis kelamin perempuan. Kabar pun cepat datang dari Rumah Sakit yang mengabarkan hal tersebut. Hati saya tiba-tiba luluh,dan ingin segera menjenguk ibu. Saya penasaran dengan adik kembar saya, dan kangen ibu.
Sesampai di Kamar ibu saya dirawat, saya mendengar dua orang kerabat saya yang merupakan suami istri sedang membicarakan tentang adopsi kedua adik saya bersama ibu saya. Entah itu disengaja atau memang benar adanya akan mengadopsi kedua adik baru saya. Secara spontan, saya segera berlari menuju  ibu yang sedang menggendong dua bayi imut dan berteriak, “Ojo di adopsiiii…”.beberapa orang disekitar tempat tersebut langsung melihat kearah saya. ARRRGGGGhhhh…malu…(dalam hati). Beberapa jam berlalu membahas adopsi yang tidak saya ketahui kebenarannya. Dan sampai pada mufakat bahwa kedua adik baru saya urung di adopsi. Alhamdulillah..
Sebuah karunia yang harus saya syukuri. Dua adik baru yang cantik yang dalam kandungan dan kelahiran penuh dengan masalah. Kini keduanya sekolah TK dan keluarga saya terdiri dari tujuh orang. Ayah dan Ibu, ditambah lima bersaudara.(VET)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar