“Lhoh?dompetku
sampean bawa kan tadi bu?”. Itulah kalimat yang saya ucapkan waktu
itu . Rabu, 22 Juni 2011 pukul 09.30 WIB.
Tadi
malam saya tidak mimpi apa-apa dan tidak mendapatkan firasat apapun sebelumnya.
Bangun tidur pukul lima pagi,saya langsung mandi. Ibu yang biasanya pergi ke
Pasar dengan berjalan kaki untuk sekalian berolah raga, tiba-tiba meminta saya
untuk mengantarnya ke Pasar. Entah apa yang akan di beli. Saya yang masih
mengantuk , agak sedikit tidak ikhlas menuruti permintaan ibu. Namun, hati saya tetap tidak tega untuk
menolak permintaan ibu yang tidak setiap hari memintanya. Seperti biasa, dompet
besar beserta segala isi barang yang sangat berharga bagi saya ,slalu saya bawa
kemanapun saya pergi. Karena barang-barang tersebut pasti saya butuhkan ,tak
lupa terselip SIM (Surat Izin Mengemudi) yang baru saja saya buat bulan lalu.
Dalam hati, ehh..jaga-jaga..mungkin aja nanti ada operasi di jalan.Sekalian
mengajak kedua adik kembar saya yang super jail.Lumayan lah, sebagai obat
ketidak ikhlasan saya tadi.
Kami berempat pun berangkat pukul enam pagi
dari rumah. Perjalanan hanya memakan waktu lima menit.Sesampai di Pasar
Sidoharjo(salah satu pasar tradisional di Lamongan),saya langsung memarkir
sepeda motor Beat saya . Dan segera memulai proses belanja yang pastinya sangat
lama. Kenapa? karena kedua setan jail
pasti menghambat jalan untuk meminta apapun yang ditemuinya. Maklumlah… dan
alhasil.. tiga jam berlalu hanya dalam pasar. Huuuufft…..
Dalam
kondisi yang sangat lelah itu, kami menuju parkiran . Semua barang dan bahan
makanan yang kami beli tadi, ditata se-PW(Posisi
Wenak) mungkin untuk sampai rumah. Karena ukuran beat yang kecil, dengan
empat orang penumpang dan barang belanjaan banyak,pasti sangat tidak gampang
untuk mengaturnya. Dalam keadaan galau
tersebut, saya lupa menitipkan dompet saya tadi kepada ibu . dan saya letakkan begitu saja pada kantong
sepeda bawah setir (entah apa itu namanya,saya hanya menyebutnya Kantong
sepeda). Beberapa meter perjalanan kami lewati dengan sangat lancar. Tiba saat
menyebrang untuk memperoleh jalur kiri, sepeda motor saya agak sedikit oleng.
Namun,Alhamdulillah… kami selamat.
Sesampai
didepan rumah, saya mencoba membantu menurunkan kedua adik, dan semua barang
belanjaan. Dan terakhir, saya ingin mengambil dompet yang seingat saya, saya
letakkan di saku sepeda. Dan…HAAAAAHH???? Ternyata nihil. Saya mencoba
menenangkan diri, dengan menanyakan kembali kepada ibu, dan kedua adik
saya.mungkin saja ,tadi ibu dan adik saya tiba-tiba menyimpannya tanpa
sepengetahuan saya. Namun tetap NOL. Dan jawaban pastinya adalah dompet saya
hilang. Dalam hati, kehilangan dompet ,seperti halnya kehilangan semua barang
berharga saya. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya,dompet tersebut
berisi semua barang berharga saya ,seperti beberapa uang untuk kredit sepeda,
SIM, STNK,kartu ATM,flashdisk,kartu
kredit sepeda dan sebagainya.
Tidak
menunggu waktu lama, saya segera kembali menelusuri jalan yang kami lewati
tadi,dengan sedikit berkomat-kamit berdoa dan bernadzar “kalau dompet itu
ketemu,semua uang tunai yang ada, akan saya bagikan sebagai syukuran ya Allah”.
Namun tetap saja hasilnya nihil. Ya Allah…kemana lagi saya harus mencari. Dalam
keadaan galau, saya memperoleh sebuah ide cemerlang dari beberapa orang dijalan
yang menyarankan untuk segera melaporkan ke kantor polisi terdekat. Dengan
berbekal ide cemerlang itu, saya segera mengurus Surat laporan kehilangan di
Polres Lamongan hingga pukul dua siang,dan segera pulang kerumah. Sedikit lega
dalam hati. Karena paling tidak,saya sudah membuat surat kehilangan di kantor
polisi, meskipun belum pasti jawabannya.
Sesampai
di rumah ,terlihat beberapa tetangga (karena tinggal di lingkungan kampung)
seperti menunggu jawaban dari saya. Setelah memberikan jawaban, saya segera
tidur siang untuk sedikit melupakan masalah tersebut. Hingga pukul lima
sore,saya bangun dari tidur yang tidak begitu nyaman. Saya mencoba keluar rumah
untuk menyampaikan nadzar saya kepada semua orang yang ada didepan rumah . Dan
tak lama kemudian, tiba-tiba datang seorang bapak tua sedang mencari alamat
saya. Saya yang merasa dicari, segera menghampiri bapak itu. Seperti dugaan
saya, lelaki tua itu memberikan sebuah dompet yang saya kenal sebagai dompet
saya. Dengan gemetar, saya segera menerima dompet tersebut dan menarik tangan bapak
itu menuju rumah saya. Dan berkerumun lah tetangga-tetangga saya sambil
menanyai bapak tua itu. Singkatnya, bapak itu bercerita, kalau dompet saya tadi
ditemukan oleh seorang pemulung (langganan warungnya) di tengah jalan tak jauh
dari pasar. Semua uang dan flasdisk
diambil pemulung itu. Dan tak berani untuk mengembalikannya pada saya.
Ahh..biarkan.itu semua tak sebanding dengan nilai surat-surat berharga lainnya
yang masih terselamatkan.
Bapak
tua itu tak lama . hanya sekitar sepuluh menit duduk dikursi samping pintu
rumah saya sambil menceritakan kronologisnya. Dan berpamitan pulang, ketika ibu
menyodorkan sebuah amplop ucapan terimakasih . bapak itu tidak mau diberi uang,
dan terakhir ,sebelum pulang hanya berkata “kasihan mbak vety,kalau dompetnya
nggak saya kembalikan. Dompet itu banyak suratnya”. Ya Allah..ALHAMDULILLAH……..(VET)