Masih
saya ingat sekali hari itu, hari Rabu, tanggal 2 Desember 2010 pukul 08.20 WIB.
Ketika itu saya mulai berangkat dari rumah menuju Kampus (Universitas Airlangga
Surabaya),yang perjalanannya sekitar 1,5 jam . Lagi-lagi.. saya memulai
petualangan Pulang-Pergi dari Lamongan tercinta menuju Surabaya panas dan penuh
macet. Namun,kali ini saya tidak lagi menggunakan armada Kereta Api
Komuter seperti biasanya. Saya menaiki
sepeda motor Honda Beat saya yang baru 4
bulan saya kredit dari salah satu dealer di Lamongan.Pada saat itu Mata Kuliah
Filsafat pada semester 1 dimulai pada pukul 10.00WIB. Maksud saya dapat
memberikan beberapa menit waktu untuk beristirahat setelah sampai dikelas.
Saya
berangkat dengan kecepatan kira-kira 80km/jam. Melewati kota Gresik yang
menurut saya tak pernah berujung. Akhirnya sekitar satu jam,sampailah saya di jalan
Margomulyo Surabaya. Dan sedang berjalan menuju Greges Surabaya,yang sangat
terkenal dengan sebutan “jalur tengkorak”. Sebutan tersebut melekat pada jalan
Greges karena telah banyak terjadi kecelakaan hebat, dan selalu menewaskan
korban kecelakaan. Kita akan menjumpai sebuah tanda peringatan agar
berhati-hati jika melewati jalan tersebut.
Dari
kejauhan nampak macet yang begitu panjang. Saya ingin cepat sampai kampus,
karena jam sudah menunjukkan pukul 09.15 WIB.
Karena body dari Beat yang ramping, saya bisa menyerobot hingga keluar
dari kemacetan. Namun, betapa kagetnya saya ketika sampai pada depan
kemacetan,setelah tahu sumber dari kemacetan itu adalah karena sebuah insiden
kecelakaan. Terlihat sesosok tubuh wanita tertelungkup ditengah jalan, dengan
kepala yang ditutup Koran. Darah mengalir disampingnya. Ada beberapa polisi
,warga sekitar, dan para pengendara yang kebetulan melintas disekitar Tempat
Kejadian Perkara(TKP). Dan tak jauh dari TKP terlihat sebuah truck besar yang
sedang berhenti dan didatamgi seorang polisi..” Astaghfirullaah hal’adzim..
kecelakaan
Saya
segera berhenti dan ingin tahu identitas korban kecelakaan tersebut dengan
menanyakan kepada seorang bapak yang ada didekat saya . Bapak tersebut menjawab jika korban tersebut
berasal dari Lamongan. Dalam hati saya tiba-tiba terbesit yakin, saya pasti
mengenal korban. Saya lihat sepeda motornya, untuk menebak dan mengingat
mungkin saja saya kenal namun itu semua tidak menunjukkan keterangan si korban.
Untuk memperoleh jawaban yang pasti,saya segera bertanya kepada bapak polisi
yang ada di TKP. Kata pak polisi namanya Meyta (19) warga Temenggung Noto Lamongan,kuliah
di UNAIR. Saya belum menemukan kejelasan identitas korban. Namun,seketika saya
langsung ingat jika harus mengejar waktu untuk segera sampai di Kampus tepat
waktu. Dan dalam hati berkata “maaf ya mbak saya kuliah dulu,maaf gak bisa
nemenin kalau emang saya kenal sampean”. Dan kemudian saya segera meneruskan
perjalanan saya.
Saya
tiba tepat waktu untuk mengikuti kuliah pak Budi Setyawan. Namun tak lama
kemudian , HandPhone(HP) saya bergetar, tanda ada yang menghubungi saya. Dengan
sembunyi-sembunyi dan tetap di tempat semula, saya melihat HP ,ternyata sms
dari salah seorang teman saya, yang isinya “INNALILLAHI AINNAILAIHI ROOJIUUN
telah berpulang keRahmatullah, MEYTA NURDIANSYAH pukul 10.00 WIB karena
kecelakaan. DEGG….!!! langsung saya balas sms tersebu dengan gemetar untuk
menanyakan TKP dan lain sebagainya.
Ternyata
sebuah jawaban dari sebrang yang tidak terduga-duga sebelumnya. Memberikan
jawaban sangat pasti, wanita korban kecelakaan di Jalur Tengkorak Greges
Surabaya yang saya lihat tadi adalah teman saya,MEYTA seorang teman yang saya
kenal judes dan cerewet tewas tepat didepan mata saya. Seorang anak dari guru
fisika saya waktu SMP, dan kuliah di UNAIR juga jurusan bahasa Jepang. Seketika
air mata mengalir tidak terbendungkan lagi. Dalam benak saya hanya dapat
berkata,”Meyta…maafkan aku..ternyata itu kamu..”.dan setelah pulsng kuliah sore
hari, saya langsung datang ke Rumahnya,untuk memberikan penghormatan terakhir.(VET)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar