Minggu, 11 Maret 2012


“Lhoh?dompetku sampean bawa kan tadi bu?”. Itulah kalimat yang saya ucapkan waktu itu . Rabu, 22 Juni 2011 pukul 09.30 WIB.
Tadi malam saya tidak mimpi apa-apa dan tidak mendapatkan firasat apapun sebelumnya. Bangun tidur pukul lima pagi,saya langsung mandi. Ibu yang biasanya pergi ke Pasar dengan berjalan kaki untuk sekalian berolah raga, tiba-tiba meminta saya untuk mengantarnya ke Pasar. Entah apa yang akan di beli. Saya yang masih mengantuk , agak sedikit tidak ikhlas menuruti permintaan ibu.  Namun, hati saya tetap tidak tega untuk menolak permintaan ibu yang tidak setiap hari memintanya. Seperti biasa, dompet besar beserta segala isi barang yang sangat berharga bagi saya ,slalu saya bawa kemanapun saya pergi. Karena barang-barang tersebut pasti saya butuhkan ,tak lupa terselip SIM (Surat Izin Mengemudi) yang baru saja saya buat bulan lalu. Dalam hati, ehh..jaga-jaga..mungkin aja nanti ada operasi di jalan.Sekalian mengajak kedua adik kembar saya yang super jail.Lumayan lah, sebagai obat ketidak ikhlasan saya tadi.
 Kami berempat pun berangkat pukul enam pagi dari rumah. Perjalanan hanya memakan waktu lima menit.Sesampai di Pasar Sidoharjo(salah satu pasar tradisional di Lamongan),saya langsung memarkir sepeda motor Beat saya . Dan segera memulai proses belanja yang pastinya sangat lama. Kenapa? karena kedua setan jail pasti menghambat jalan untuk meminta apapun yang ditemuinya. Maklumlah… dan alhasil.. tiga jam berlalu hanya dalam pasar. Huuuufft…..
Dalam kondisi yang sangat lelah itu, kami menuju parkiran . Semua barang dan bahan makanan yang kami beli tadi, ditata se-PW(Posisi Wenak) mungkin untuk sampai rumah. Karena ukuran beat yang kecil, dengan empat orang penumpang dan barang belanjaan banyak,pasti sangat tidak gampang untuk mengaturnya. Dalam keadaan galau tersebut, saya lupa menitipkan dompet saya tadi kepada ibu .  dan saya letakkan begitu saja pada kantong sepeda bawah setir (entah apa itu namanya,saya hanya menyebutnya Kantong sepeda). Beberapa meter perjalanan kami lewati dengan sangat lancar. Tiba saat menyebrang untuk memperoleh jalur kiri, sepeda motor saya agak sedikit oleng. Namun,Alhamdulillah… kami selamat.
Sesampai didepan rumah, saya mencoba membantu menurunkan kedua adik, dan semua barang belanjaan. Dan terakhir, saya ingin mengambil dompet yang seingat saya, saya letakkan di saku sepeda. Dan…HAAAAAHH???? Ternyata nihil. Saya mencoba menenangkan diri, dengan menanyakan kembali kepada ibu, dan kedua adik saya.mungkin saja ,tadi ibu dan adik saya tiba-tiba menyimpannya tanpa sepengetahuan saya. Namun tetap NOL. Dan jawaban pastinya adalah dompet saya hilang. Dalam hati, kehilangan dompet ,seperti halnya kehilangan semua barang berharga saya. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya,dompet tersebut berisi semua barang berharga saya ,seperti beberapa uang untuk kredit sepeda, SIM, STNK,kartu ATM,flashdisk,kartu kredit sepeda dan sebagainya.
Tidak menunggu waktu lama, saya segera kembali menelusuri jalan yang kami lewati tadi,dengan sedikit berkomat-kamit berdoa dan bernadzar “kalau dompet itu ketemu,semua uang tunai yang ada, akan saya bagikan sebagai syukuran ya Allah”. Namun tetap saja hasilnya nihil. Ya Allah…kemana lagi saya harus mencari. Dalam keadaan galau, saya memperoleh sebuah ide cemerlang dari beberapa orang dijalan yang menyarankan untuk segera melaporkan ke kantor polisi terdekat. Dengan berbekal ide cemerlang itu, saya segera mengurus Surat laporan kehilangan di Polres Lamongan hingga pukul dua siang,dan segera pulang kerumah. Sedikit lega dalam hati. Karena paling tidak,saya sudah membuat surat kehilangan di kantor polisi, meskipun belum pasti jawabannya.
Sesampai di rumah ,terlihat beberapa tetangga (karena tinggal di lingkungan kampung) seperti menunggu jawaban dari saya. Setelah memberikan jawaban, saya segera tidur siang untuk sedikit melupakan masalah tersebut. Hingga pukul lima sore,saya bangun dari tidur yang tidak begitu nyaman. Saya mencoba keluar rumah untuk menyampaikan nadzar saya kepada semua orang yang ada didepan rumah . Dan tak lama kemudian, tiba-tiba datang seorang bapak tua sedang mencari alamat saya. Saya yang merasa dicari, segera menghampiri bapak itu. Seperti dugaan saya, lelaki tua itu memberikan sebuah dompet yang saya kenal sebagai dompet saya. Dengan gemetar, saya segera menerima dompet tersebut dan menarik tangan bapak itu menuju rumah saya. Dan berkerumun lah tetangga-tetangga saya sambil menanyai bapak tua itu. Singkatnya, bapak itu bercerita, kalau dompet saya tadi ditemukan oleh seorang pemulung (langganan warungnya) di tengah jalan tak jauh dari pasar. Semua uang dan flasdisk diambil pemulung itu. Dan tak berani untuk mengembalikannya pada saya. Ahh..biarkan.itu semua tak sebanding dengan nilai surat-surat berharga lainnya yang masih terselamatkan.
Bapak tua itu tak lama . hanya sekitar sepuluh menit duduk dikursi samping pintu rumah saya sambil menceritakan kronologisnya. Dan berpamitan pulang, ketika ibu menyodorkan sebuah amplop ucapan terimakasih . bapak itu tidak mau diberi uang, dan terakhir ,sebelum pulang hanya berkata “kasihan mbak vety,kalau dompetnya nggak saya kembalikan. Dompet itu banyak suratnya”. Ya Allah..ALHAMDULILLAH……..(VET)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar